Masih sangat jelas di ingatanku saat kau hadiahkan boneka raksasa di ulang tahunku.
Masih sangat jelas ketika buku yang sangat kuinginkan itu tiba-tiba berada di tasku.
Dan, masih sangat jelas ketika dengan bodohya kuhindari dirimu.
Karena aku takut kau menyukaiku!!!
Bodoh.
Tujuh tahun lalu, saat kita bertemu pertama kalinya di sekolah. Sudah kutahu kau adalah sahabat abadiku. Sejak kujalin kisah dengannya, kaupun tidak berubah. Justru dirikulah yang berubah. Saat putus dengannya, ya sedikit banyak karena dia tidak suka kita berteman, kaupun tidak berubah. Justru aku.
Sekali lagi, bodoh.
Bodoh karena tidak kusadari perasaan yang telah kau simpan. Meski kau melihat diriku dengannya, kau tetap menjadikanku sahabatmu. Kalau aku menjadi kamu, sudah kujauhi dirimu yang jahat. Ya, saat itu aku memang jahat. Sudah bodoh, jahat pula.
Tapi kau masih di sana, untukku.
Sekarang, kita sudah semakin dewasa. Kujalani hidup sejak saat itu tanpa kekasih. Haha, ternyata dirimu pun begitu di sana. Entah apakah ini sesuatu yang baik atau tidak, aku tidak ingin tahu.
Sesuatu berubah. Pasti. Jika dulu aku sangat ‘nyantai’ di dekatmu, sekarang kau berhasil membuatku tidak bisa berkata-kata. Kau berhasil mempercepat denyut jantungku. Kau bahkan berhasil membuatku tersenyum-senyum sendiri. Sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Bahkan dengannya, satu-satunya orang yang pernah mengisi kisah cintaku selama 22 tahun aku hidup.
Kata teman kita, kau tidak pernah menjalin cinta di sana. Apakah itu benar? Sekalipun tidak pernah? Sungguh? Apakah aku layak untuk kau tunggu seperti ini? Apakah hatimu benar seutuhnya untukku? Jangan buat aku terlonjak dengan kisah itu, wahai sahabatku!
Sahabatku, apakah ini pertanda? Aku tidak tahu. Sumpah.
galau ko mdeee, :p
LikeLike
bukan lah. ini kisah seorang sahabat yg lagi galau, hiyaaaaaa
LikeLike